Friday, June 22, 2012

intuition v. prejudice


Orang sering mengatakan bahwa salah satu kelebihan perempuan dibandingkan dengan pria adalah mereka mempunyai intuisi, lengkapnya intuisi perempuan. Konon, yang namanya intuisi perempuan ini hampir selalu benar - entah siapa yang melakukan survey. Tapi perlu diingat bahwa di sisi yang lain, perempuan juga sering berprasangka (prejudice), sering menyimpulkan sesuatu berdasarkan seminim mungkin fakta. Pertanyaannya adalah apakah kedua hal tersebut juga dapat dikategorikan sebagai intuisi perempuan juga? prasangka dan intuisi tentu berbeda konsep. ketika mendengar kata “prasangka” pastilah kesan pertama yang ditangkap adalah kecurigaan berkebihan yang tidak berdasarkan fakta - disini perempuan akan dicap negatif absolut. sedangkan ketika mendengar kata “intuisi perempuan” gambaran yang diperoleh adalah penemuan suatu hal/peristiwa berdasarkan kepekaan serta ketajaman perasaan perempuan. Kesamaan di antara keduanya adalah ketiadaan fakta - tapi tetap saja keduanya berbeda.

Lalu dimanakah garis pembatas antara prasangka dan intuisi? ketika seorang perempuan tanpa adanya fakta dan dasar yang jelas tiba-tiba saja meyakini bahwa prianya memiliki affair, seringkali ia akan mengatakan bahwa “ini intuisi perempuan. saya tidak punya bukti dan saya tidak tahu bagaimana bisa menjelaskan tanpa terkesan saya gila, tapi saya yakin pria saya memiliki affair.” Jika demikian apa bedanya dengan prasangka? Saya sebagai perempuan, termasuk orang yang skeptis terhadap intuisi, karena pada dasarnya saya adalah orang yang tidak menyukai ketidakpastian. dan intuisi menurut saya merupakan suatu hal yang tidak pasti. ditambah lagi, sebagai orang yang telah belajar hukum selama 5,5 tahun, saya terus menerus diarahkan untuk berbicara dan berpikir dengan “dasar”. ketika saya mengeluarkan suatu hipotesa, saya pasti akan ditanya: apa dasar anda? dan saya harus bisa memberikan dasar tersebut, entah berdasarkan peraturan tertulis maupun yurisprudensi. kembali kepada intuisi, ketika saya mengeluarkan suatu hipotesa dan hanya berdasarkan atas intuisi, saat itulah saya tau saya kalah.

sempat terpikir oleh saya bahwa, mungkinkah dengan adanya konsep “intuisi perempuan”, justru memberikan ruang justifikasi kepada para perempuan untuk membenarkan prasangkanya? sehingga seolah-olah intuisi tersebut terlihat sebagai suatu fakta.


 

No comments:

Post a Comment